الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
"(Allah) Yang Maha Pemurah
bersemayam di atas 'Arsy". [Thaha : 5]
Irhamuu man fii al-ardhi yarhamkum
man fiis samaa-i
"Sayangilah yang di bumi, niscaya
yang dilangit akan menyayanginmu". [Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud
(4941), dan At-Tirmidzi (1925), dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Ash-Shahihah (925)]
Tanpa dia mengetahui bahwa kata
"Fii" yang terdapat dalam hadits tersebut bukan berarti menunjukkan tempat
(dibawah). Hal itu seperti "Fii" yang terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala :
أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاء
"Apakah kalian merasa aman dari
(Allah) yang di (atas) langit". [Al-Mulk : 16].
Karena "Fii" disini maknanya
adalah " 'Ala " (di atas), dan dalil tentang hal itu banyak, bahkan banyak
sekali. Di antaranya adalah hadits terdahulu yang banyak disebut oleh manusia,
dan hadits itu dengan seluruh jalannya -Alhamdulillah- shahih. Dan makna sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Sayangilah yang di bumi" bukan
berarti serangga dan ulat-ulat yang ada di dalam bumi! Tetapi yang dimaksud
adalah yang berada di atas bumi, seperti manusia dan hewan. Dan hal itu sesuai
dengan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam: "maka yang di langit akan
menyayangimu" maksudnya: yang di atas langit. Orang-orang yang telah menerima
da'wah yang hak (benar) ini mesti berada di atas kejelasan tentang perincian
seperti tadi. Dan contoh lain yang mendekati hadits diatas, hadits Al-Jariyah
yang dia itu adalah pengembala kambing, hadits ini masyhur, saya akan
menyebutkannya sebagai penguat. Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bertanya kepadanya: "Dimana Allah?" Dia menjawab: "Di langit". [Hadits Shahih
diriwayatkan oleh Muslim (537), Abu Daud (930) Nasa'i (I/14-18) dari hadits
Mu'awiyah bin Al-Hakami As-Sulami Radhiyallahu 'anhu].
Seandainya engkau pada hari ini
bertanya kepada beberapa guru besar Al-Azhar -misalnya- : "Dimana Allah?", maka
mereka akan menjawab: "Di setiap tempat!". Padahal Jariyah (budak wanita)
menjawab bahwa Allah di langit, dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
membenarkan jawaban Jariyah tersebut. Mengapa? Karena Jariyah itu menjawab
berdasarkan fitrah dan dia hidup di tempat yang memungkinkan dengan istilah kita
pada masa ini untuk kita namakan dengan sebutan "lingkungan ahlus sunnah" yang
belum tercemar dengan lingkungan yang buruk, karena dia telah lulus dari
"madrasah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam" sebagaimana yang mereka
istilahkan sekarang ini.
Madrasah ini tidak khusus hanya
bagi sebagian laki-laki dan tidak pula hanya bagi sebagian wanita. Tetapi
madrasah ini untuk seluruh lapisan masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan
wanita, oleh karena itu seorang pengembala kambing mengetahui aqidah yang benar,
karena dia tidak tercemar dengan lingkungan yang buruk. Dia mengetahui aqidah
yang benar sebagaimana terdapat dalam kitab Al-Qur'an dan As-Sunnah, padahal
kebanyakan dari orang-orang yang mengaku memiliki ilmu tentang Al-Qur'an dan
As-Sunnah tidak mengetahui hal tersebut, dia tidak mengetahui dimana Rabbnya!.
Padahal masalah tersebut disebutkan dalam Al-Qur'an dan
As-Sunnah.
Pada hari ini saya mengatakan
bahwa tidak didapati sedikit pun dari penjelasan ini di kalangan kaum muslimin,
dimana seandainya engkau bertanya -saya tidak mengatakan kepada pengembala
kambing- tetapi kepada pemimpin umat atau kelompok maka dia akan bingung ketika
menjawab sebagaimana kebanyakan manusia bingung saat ini kecuali orang-orang
yang dirahmati Allah, dan jumlah mereka itu sangat sedikit.
No comments:
Post a Comment